where I learn and share

Dibalik musnahnya kota Pompeii

Share on :

Jika kita mau berpikir, tentunya pemusnahan Pompeii dari muka bumi oleh bencana yang demikian dasyat ini tentunya bukan tanpa maksud dari Tuhan. Catatan sejarah menunjukkan bahwa kota tersebut ternyata, (mohon maaf) adalah merupakan pusat kemaksiatan dan kemungkaran. Kota tersebut dipenuhi oleh meningkatnya jumlah lokasi perzinahan atau prostitusi. 


Saking banyaknya hingga jumlah rumah-rumah pelacuran tidak diketahui. Organ-organ kemaluan pria dengan ukurannya yang asli digantung di pintu tempat-tempat pelacuran tersebut. Menurut tradisi ini, yang berakar pada kepercayaan Mithraic, organ-organ seksual dan hubungan seksual sepatutnya tidaklah tabu dan dilakukan di tempat tersembunyi, akan tetapi hendaknya dipertontonkan secara terbuka.

Lava gunung Vesuvius menghapuskan keseluruhan kota tersebut dari peta bumi dalam waktu sekejap. Yang paling menarik dari peristiwa ini adalah tak seorang pun mampu meloloskan diri dari keganasan letusan Vesuvius. Hampir bisa dipastikan bahwa para penduduk yang ada di kota tersebut tidak mengetahui terjadinya bencana yang sangat sekejap tersebut, seolah-olah mereka sedang terlena dalam pengaruh guna-guna, bahkan beberapa wajah mereka terlihat berseri-seri. 

Jasad dari satu keluarga yang sedang asyik menyantap makanan terawetkan pada detik tersebut. Banyak sekali pasangan-pasangan yang tubuhnya terawetkan berada pada posisi sedang melakukan persetubuhan.
Yang paling mengagetkan adalah terdapat sejumlah pasangan yang berkelamin sama, dengan kata lain mereka melakukan hubungan seks sesama jenis (homoseks). 

Ada pula pasangan-pasangan pria dan wanita yang masih ABG. Hasil penggalian fosil juga menemukan sejumlah mayat yang terawetkan dengan raut muka yang masih utuh. Secara umum, raut-raut muka mereka menunjukkan ekspresi keterkejutan, seolah bencana yang terjadi datang secara tiba-tiba dalam sekejab.

Beberapa gambar jasad-jasad tubuh penduduk Pompeii yang terawetkan secara alami

Aspek ini menunjukkan bahwa penghancuran Pompeii mirip dengan peristiwa-peristiwa adzab yang dikisahkan dalam Alqur’an maupun bible tentang penghancuran peradaban kaum Nabi Luth/loth yaitu Kaum Sodom dan Gomorah.


Kebudayaan mandi adalah salah satu keunikan Pompeii, membicarakan bisnis, ngobrol, bernostalgia semuanya dilangsungkan di dalam kolam pemandian. Di dalam pemandian terdapat ruang ganti, ruang pijat, KM-WC, ubin dengan pemipaan hangat (untuk musim dingin), boleh dibilang itu adalah fasilitas pemandian modern.

Gedung opera yang bisa menampung 5.000 orang, menampilkan pertunjukkan musik dan komedi. Arena gladiator berkapasitas penonton 20.000 orang dapat membuat warga kota menikmati pertarungan berdarah. Bangunan berlantai dua betebaran di mana-mana, sangat ekstravagansa.
 

Di dalam kota di mana-mana diliputi gaya royal yang mengobral kenikmatan dan kemaksiatan. Pompeii yang tanpa ikatan moralitas sedang berjalan di tepian jurang kehancuran tapi belum merasakan apa-apa.
Akhirnya, pintu neraka dibuka untuk pompeii, gunung berapi Vesuvius yang berjarak 6 mil telah meletus dengan dahsyat. Lahar panas dalam jumlah mengerikan dilontarkan ke atas langit, untuk kemudian menukik menutupi langit dan menyelimuti bumi, lahar bercampur batu kerikil menerjang ke jalan-jalan dan gang-gang, Pompeii yang dikelilingi gas beracun mengalami kebakaran hebat dan api neraka.
Seiring dengan terus menumpuknya isi gunung berapi, tempat yang makmur dan mewah itu terhapus dari bumi. Setelah lewat 1.000 tahun lebih, Pompeii lambat laun berubah menjadi sebuah legenda.
Persis dengan kemusnahannya, Pompeii ditakdirkan ditemukan kembali. Satu cangkulan yang sepertinya kebetulan, telah menggali misteri sejarah yang berusia hampir 2.000 tahun.
Pada 1748 ditemukan batu dengan tulisan ukir Pompeii, orang-orang baru mengetahui Pompeii di dalam dongeng ternyata memang pernah eksis. Hingga pada 1861, Italia secara resmi baru menggerakkan penggalian besar-besaran.
Melalui penggalian dan restorasi selama seratus tahun lebih, kota kuno Pompeii secara perlahan terpampang di hadapan manusia bumi. Sisa jasad orang-orang Pompeii yang berusaha lari dari nasib buruk itu perlahan-lahan lenyap dari dalam abu vulkanik yang berangsur mengeras, membentuk sebuah kepompong yang berongga. Para arkeolog menuangkan gips cair ke dalam “cetakan tubuh manusia” itu dan memamerkannya kepada dunia tentang episode terakhir Pompeii.
Nama Pompeii seiring dengan berlangsungnya pekerjaan penggalian, mulai tersebar di seluruh dunia Barat. Orang-orang mengagumi gedung bangunan dan keseniannya, tapi malah telah mengabaikan tujuan sesungguhnya Pompeii dipamerkan kepada umat manusia.
Tuhan bukannya menyuruh orang-orang eksis demi mengejar keduniawian dan kenikmatan tiada henti, Tuhan selamanya tidak pernah menyuruh manusia hidup seperti itu, manusia di dalam suasana seperti Pompeii kuno hanya mempercepat kemusnahannya sendiri.
Kehidupan yang dipenuhi dengan kegembiraan dan kenikmatan maksimal semacam itu pada akhirnya tidak dipilih oleh Tuhan, maka ia ditakdirkan mengalami kemusnahan. Persis dengan sebuah moto yang tertera pada sebuah mural kota Pompeii: “Tiada suatu benda apapun bisa abadi”, segala materi yang dikejar dengan antusias akan ditakdirkan menjadi kosong.

Artikel Terkait

0 komentar on Dibalik musnahnya kota Pompeii :

Post a Comment and Don't Spam!

 
free counters
eXTReMe Tracker

Total Pageviews