where I learn and share

Nabi Adam, dari JANNAH singgah di SUMATERA ?

Share on :

Hubûth ” bermakna turunnya sesuatu atau seseorang dari tempat yang tinggi (nuzul) dan lawan katanya adalah shu’ûd (naik). Dan terkadang juga bermaknahulul (masuknya) sesuatu atau seseorang pada suatu tempat. Pembahasan hubûth-nya Adam dan apa makna hubûth (turun) ini pada tataran pertama bergantung pada bagaimana kita memaknai surga yang didiami oleh Nabi Adam ini. 


Apakah surga yang didiami itu adalah surga duniawi atau ukhrawi? Tapi yang jelas bahwa surga itu bukanlah surga abadi. Atas dasar ini, makna hubûth (turun) yang dapat diberikan di sini adalah bermakna turun tingkatan dan kedudukan (maqâmi); Artinya turunnya Nabi Adam dari surga  adalah keluarnya dia dari surga, terjauhkannya dari kehidupan surgawi (surga duniawi) dan menetapnya ia di bumi untuk menjalani kehidupan yang disertai dengan pelbagai kesulitan dan kepelikan.

 Ketika Nabi Adam As  dan isterinya, melanggar aturan ALLAH, maka dikeluarkanlah keduanya dari Jannah (Surga). Ada banyak pendapat tentang dimana tempat Nabi Adam AS dan isterinya turun.

Penulis kitab Ad-Duur al-Mantsur fi at-Tafsir bi al-Ma’tsur menyebutkan bahwa Ibnu Abbas menafsirkan ayat “Kami berfirman, ‘Turunlah kalian!” dengan Adam diturunkan di sebuah lokasi di bumi bernama Dahnah yang terletak di antara Makkah dan Thaif.
Sedangkan Ibnu Abu Hatim meriwayatkan dari Ibnu Umar, “Adam diturunkan di Shafa dan Hawa di Marwa.”Akan tetapi, riwayat dari Ibnu Abi Hatim ini terdapat versi lain, yang menyatakan bahwa tempat turunnya Nabi Adam di Bumi, berada di antara negeri Makkah dengan Thaif.
Ibnu Abbas meriwayatkan, “Adam diturunkan di India dan Hawa di Jeddah, Dimana makna Jeddah berasal dari kata Jiddah, yang berarti nenek perempuan. Adam pun mencari Hawa hingga tiba di Jama’, lalu Hawa didekatkan kepadanya—karena itulah dinamakan Muzdalifah. Akhirnya, mereka pun bertemu di Jama’.
Diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dan Abu Nu’aim di dalam Al-Hilyah, dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda,“Adam diturunkan di India. Dia merasa kesepian. Akhirnya, Jibril pun turun dan mengumandangkan adzan. Ketika mendengar nama Muhammad disebutkan, Adam bertanya kepada Jibril, ‘Siapa Muhammad ini?’ Jibril menjawab, ‘Dia adalah anak keturunanmu yang terakhir dari kalangan nabi.”
Beberapa sahabat meriwayatkan bahwa Adam diturunkan di India. Di antara mereka adalah Jabir seperti yang disampaikan oleh Ibnu Abu Ad-Dunya, Ibnu Al-Mundzir, dan Ibnu Asakir. Lalu, Ibnu Umar seperti yang disampaikan Ath-Thabrani.
Selain itu, Ibnu Asakir meriwayatkan dari Ali yang mengatakan bahwa Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah menciptakan dunia tanpa emas dan perak di dalamnya. Namun, ketika Adam dan Hawa diturunkan, diturunkan pula bersama mereka emas dan perak. Lalu, kedua barang itu menjadi sumber manfaat di bumi bagi keturunan mereka. Barang itu—emas dan perak—pun dijadikan mahar untuk Hawa, sehingga tidak patut bagi seseorang menikah tanpa mahar.”

Seorang ilmuwan Belanda Van K. Razanhover berpendapat bahwa Adam diturunkan di sebuah daratan yang dikenal dengan nama Yetch. Yetch merupakan sebuah daratan yang luas, yang kemudian tenggelam, dan menyisakan daratan yang kita kenal sekarang, sebagainegeri Belanda.
Menurut Razanhover, keturunan Adam pada awalnya adalah makhluk-makhluk raksasa, kemudian pada perkembangannya menjadi kerdil seperti sekarang ini. Dan kehidupan manusia menurutnya, sudah dimulai sejak jutaan tahun yang silam.


Pendapat Razanhover mengenai awal kehidupan umat manusia, nampaknya sejalan dengan pendapat Dr. Musthafa Mahmud, di dalam bukunya ”Bacaan Masa Depan”, beliau berpendapat bahwa ”Umur manusia di muka bumi lebih dari satu juta tahun,barangkali sepuluh juta tahun”.
Sementara itu, seorang penulis Irlandia, Lars F. Hoglund, berpendapat bahwa tempat turunnya Adam tidak lain adalah di wilayah Skandinavia (Finlandia, Island, Swedia, Denmark dan Norwegia). (sumber : Buku ”Para Penghuni Bumi Sebelum Kita”, karangan Muhammad Isa Dawud).






Syaikh Yusuf Tajul Khalwati berpendapat, Nabi Adam turun di Pulau Serendib. Beliau ketika itu menduga, Pulau Serendib adalah Pulau Ceylon (Sri Langka). (sumber : Tafsir Al Azhar, Juzu’ I, tulisan Buya HAMKA)

Tetapi berdasar penelitian, kata Serendib adalah bahasa Sanskerta yang ditulis dalambahasa Arab, aslinya berasal dari kata Swarna Dwipa atau Sumatera, yang merupakan sebagian dari kawasan Keping Sunda (Sunda Plat).

Wallahualam bishshawab

Meskipun ada kemungkinan Nabi Adam turun di Pulau Sumatera, namun penting untuk diketahui bahwa awal perkampungan umat manusia bermula dari dataran Bakkah



Di dataran inilah,Nabi Adam dan Isterinya mulai membangun peradaban umat manusia. Bakkah adalah nama kuno untuk daerah Makkah dan sekitarnya. Makkah merupakan nama kota yang pertama kali ada di bumi. 


Nabi Adam adalah orang yang pertama kali bermukim di tempat ini. Saat pertama kali tinggal di Makkah, Nabi Adam berdoa kepada Allah agar diselamatkan dari godaan iblis, yang telah menyebabkan ia dan istrinya (Siti Hawa) terusir dari surga. Kemudian para malaikat turun ke bumi, mengelilingi tempat Nabi Adam itu untuk menjaganya dari godaan iblis. Karena itulah tempat tersebut dinamakan Tanah Haram Makkah. Kota ini berjarak ± 74 km dari Jeddah, ± 80 km dari Thaif, ± 470 km dari Madinah, ± 990 km dari Riyadh (Ibukota Arab Saudi).


Disanalah mula-mula tempat peribadatan didirikan (QS.3:96), dan Bakkah (Makkah) disebut juga Ummul Qura atauIbu Negeri (QS.42:7).Di sekitar Bakkah (Makkah), yakni Arafah, dinamai ‘tempat membanjirnya manusia (tempat bertolaknya orang-orang banyak)‘, dikarenakan berasal dari tempat inilah, manusia kemudian ‘membanjiri‘ pelosok bumi.
Sebagaimana firman-Nya…

”… afiidhuu min haitsu afaadha n-naas…”

yang bermakna”… membanjirlah kamu dari tempat membanjirnya manusia…” (QS. Al Baqarah (2) ayat 199)

Artikel Terkait

0 komentar on Nabi Adam, dari JANNAH singgah di SUMATERA ? :

Post a Comment and Don't Spam!

 
free counters
eXTReMe Tracker

Total Pageviews