Khalid bin Walid lahir pada tahun (584-642), adalah salah satu panglima perang termasyhur dan ditakuti baik lawan maupun kawan. Khalid bin Walid di beri gelar “Pedang Allah yang Terhunus”.
Khalid bin Walid adalah anggota suku Banu Makhzum, suatu cabang dari suku Quraisy. Ayahnya bernama Walid dan ibunya Lababah. Dia termasuk dari keluarga Rasulullah, Maimunah istri Nabi, merupakan bibi dari Khalid. Begitu juga dengan Umar bin Khathab, Khalid adalah saudara sepupunya.
Ayah Khalid yang bernama Walid bin Mughirah dari Bani Makhzum, adalah salah seorang pemimpin yang paling berkuasa di antara orang-orang Quraisy. Dia sangat kaya dan menghormati Ka’bah. Dalam satu sejarah di sebutkan bahwa ayah Khalid bin Walid sekali dua tahun menyediakan kain penutup Ka’bah. Pada masa ibadah Haji dia memberikan makan dengan cuma-cuma bagi semua orang yang datang berkumpul di Mina.
Khalid bin Walid merupakan keturunan dari orang kaya. Dia mempunyai kebun buah-bahan yang membentang dari Makkah sampai ke Thaif. Sehingga bagi Khalid, harta tidak menjadi persoalan. Pada usia mudanya Khalid bin Walid gemar adu tinju dan berkelahi. Maklum pada masa itu pekerjaan dalam seni peperangan merupakan pekerjaan yang kesatria. Panglima merupakan pemimpin besar dan kepahlawanan adalah satu hal terhormat di mata rakyat.
Ada faktor yang menyebabkan Khalid muda ingin mendapatkan kedudukan terhormat dan jadi seorang yang kesatria, yaitu ayah Khalid dan beberapa orang pamannya adalah orang-orang yang terpandang di mata rakyat Quraisy. Khalid muda dengan tekun belajar seni bela diri, mengendarai kuda, memainkan pedang dan memanah. Dia juga mencurahkan perhatiannya ke dalam hal memimpin angkatan perang. Bakat-bakat alamiah seorang satria dan seorang pemimpin perang memang terpancar dari Khalid muda, ditambah dengan latihan keras telah membina Khalid menjadi seorang yang luar biasa dalam kemahiran dan keberaniannya mengagumkan setiap orang.
Sebelum Khalid masuk Islam, sangat menentang adanya ajaran baru ini. Maklum pada waktu itu orang-orang Quraisy termasuk Khalid sangat memusuhi agama Islam dan penganut-penganutnya. Kepercayaan baru itu menjadi bahaya bagi kepercayaan dan tata adat orang Quraisy. Oleh sebab itu, orang-orang Quraisy mengangkat senjata untuk menggempur orang-orang Islam. Tunas Islam harus dihancurkan sebelum tumbuh berurat-berakar. Khalid sebagai pemuda Quraisy yang berani dan bersemangat berdiri di garis paling depan dalam penggempuran terhadap kepercayaan baru ini.
Khalid bin Walid merupakan seorang pemimpin perang dengan taktik yang sangat jitu dan sulit di perkiraan oleh orang kebanyakan. Ini terbukti pada peristiwa perang Uhud. Perang Uhud merupakan perang pembalasan dari kekalahan di perang Badar. Pada Perang Uhud ini Khalid memimpin pasukan Quraisy dari sayap kanan dengan jumlah empat kali lebih besar dari jumlah pasukan Islam.
Kekalahan di perang Badar sepertinya akan terulang di perang Uhud. Jika tidak ada seorang Khalid bin Walid dengan strategi perangnya yang sangat piawai, di mana pasukan Islam mulai merangsek masuk mendobrak pertahanan pasukan Quraisy. Sehingga membuat pasukan Quraisy mulai terpecah lari bercerai-berai. Tetapi Khalid bin Walid dengan sikap kepemimpinannya dan strategi perang yang tidak diragukan lagi tidak guncang dan pikirannya mengatur siasat perang. Dia mengumpulkan kembali anak buahnya dan mencari kesempatan baik guna melakukan pukulan telak bagi pasukan Islam.
Dalam sejarah di katakan pada perang Uhud pasukan Quraisy sudah banyak yang berguguran dan pasukan pemanah pasukan Islam mulai berlarian meninggalkan pos-pos karena tertarik oleh harta perang yang ada pada mayat-mayat pasukan Quraisy. Tanpa pikir panjang akan akibatnya, sebagian besar pemanah-pemanah pasukan Islam menyerbu kelapangan.
Khalid bin Walid dengan segera melihat kesempatan baik ini. Dia menyerbu ke tanah genting dan mendesak masuk. Beberapa orang pemanah yang masih tinggal dikeroyok bersama-sama. Tanah genting dikuasai oleh pasukan Khalid dan mereka menjadi leluasa untuk menggempur pasukan Islam dari belakang.
Khalid bin Walid telah merubah kemenangan orang Islam di Uhud menjadi suatu kehancuran. Mestinya orang-orang Quraisylah yang kalah dan cerai-berai. Tetapi karena gemilangnya Khalid sebagai ahli siasat perang, kekalahan-kekalahan telah disunglapnya menjadi satu kemenangan. Dia menemukan celah-celah kelemahan pertahanan orang Islam.
Hanya pahlawan Khalidlah yang dapat mencari saat-saat kelemahan lawannya. Dan dia pula yang sanggup menarik kembali tentara yang telah cerai-berai dan memaksanya untuk bertempur lagi. Seni perangnya yang luar biasa inilah yang mengungkap kekalahan Uhud menjadi suatu kemenangan bagi orang Quraisy.
Ketika Khalid bin Walid masuk Islam. Rasulullah sangat bahagia, karena Khalid mempunyai kemampuan berperang yang dapat membela panji-panji Islam dan meninggikan kalimatullah dengan perjuangan jihad. Dalam banyak kesempatan Khalid bin Walid diangkat menjadi panglima perang dan menunjukkan hasil kemenangan atas segala upaya jihadnya.
Pada pemerintahan Abu Bakar, Khalid bin Walid ditunjuk untuk menjadi panglima pasukan Islam sebanyak 46.000 menghadapi tentara Byzantium dengan jumlah pasukan 240.000. Dia sama sekali tidak gentar menghadapinya, dia hanya khawatir tidak bisa mengendalikan hatinya karena pengangkatan itu. Dalam peperangan itu di kenal dengan peperangan Yarmuk.
Dalam peperangan Yarmuk pasukan Islam tidak imbang. Tentara Byzantium Romawi berkali lipat banyaknya dengan jumlah pasukan kaum muslimin. Ditambah, pasukan Islam yang dipimpin Khalid tanpa persenjataan yang lengkap, tidak terlatih dan rendah mutunya. Ini berbeda dengan angkatan perang Romawi yang bersenjata lengkap dan baik, terlatih dan jumlahnya lebih banyak. Bukan Khalid namanya jika tidak mempunyai strategi perang, dia membagi pasukan Islam menjadi 40 kontingen dari 46.000 pasukan Islam untuk memberi kesan seolah-olah pasukan Islam terkesan lebih besar dari musuh.
Strategi Khalid ternyata sangat ampuh. Saat itu, taktik yang digunakan oleh Romawi terutama di Arab Utara dan selatan ialah dengan membagi tentaranya menjadi lima bagian, depan, belakang, kanan, kiri dan tengah. Heraclius sebagai ketua tentara Romawi telah mengikat tentaranya dengan besi antara satu sama lain. Ini dilakukan agar mereka jangan sampai lari dari peperangan. Romawi juga menggunakan taktik dan strategi tetsudo yaitu strategi kura-kura. Jenis tentara Rom dikenal sebagai ‘legions’, yang satu bagiannya terdapat 3000-6000 pasukan jalan kaki dan 100-200 pasukan berkuda. Ditambah dengan tentara bergajah.
Kegigihan Khalid bin Walid dengan julukan Pedang yang terhunus dalam memimpin pasukannya membuahkan hasil yang membuat hampir semua orang tercengang. Pasukan Islam yang jumlahnya jauh lebih sedikit itu berhasil memukul mundur tentara Romawi dan menaklukkan wilayah itu.
Perang yang dipimpin Khalid lainnya adalah perang Riddah (perang melawan kemurtadatan). Perang Riddah ini terjadi karena suku-suku bangsa Arab yang tidak mau tunduk lagi kepada pemerintahan Abu Bakar di Madinah. Mereka menganggap bahwa perjanjian yang dibuat dengan Rasulullah, dengan sendirinya batal setelah Rasulullah wafat. Karena itu mereka menentang Abu Bakar. Karena sikap keras kepala dan penentangan mereka yang dapat membahayakan agama dan pemerintahan. Maka Abu Bakar mengutus Khalid bin Walid untuk menjadi jenderal pasukan perang Islam untuk melawan kaum murtad tersebut, hasilnya kemenangan ada di pihak Khalid.
Masih pada pemerintahan Abu Bakar, Khalid bin Walid dikirim ke Iraq dan dapat menguasai al-Hirah di tahun 634 M. kemudian Khalid bin Walid di perintahkan oleh Abu Bakar meninggalkan Iraq untuk membantu pasukan yang di pimpin Usamah dilaluinya gurun pasir yang jarang dijalani, ia pun sampai di Syria.
Ada kisah yang menarik dari Khalid bin Walid. Dia memang sempurna di bidangnya: ahli siasat perang, mahir segala senjata, piawai dalam berkuda, dan karismatik di tengah prajuritnya. Benar-benar idola yang pas buat mujahid Islam saat itu. Dia juga tidak sombong dan lapang dada walaupun dia berada dalam puncak popularitas, ini di tunjukkan di waktu Khalifah Umar bin Khathab mencopot sementara waktu kepemimpinan Khalid bin Walid tanpa ada kesalahan apa pun darinya. Menariknya, Ia tuntaskan perang dengan begitu sempurna. Setelah sukses, kepemimpinan pun ia serahkan ke penggantinya: Abu Ubaidah.
Khalid tidak mempunyai obsesi dengan ketokohannya, Dia tidak menjadikan popularitas sebagai tujuan. Itu dianggapnya sebagai sebuah perjuangan dan semata-mata mengharapkan ridha Sang Maha Pencipta. Hal itulah yang pernah dikatakan Khalid bin Walid menanggapi pergantiannya “Saya berjuang untuk kejayaan Islam. Bukan karena Umar” Jadi, di mana pun posisinya, selama masih bisa ikut berperang, stamina Khalid tetap prima. Itulah nilai ikhlas yang ingin dipegang seorang sahabat Rasul seperti Khalid bin Walid.
Sesuai dengan Hadist Rasulullah SAW bersabda, “Siapa memurkakan Allah untuk meraih keridhaan manusia maka Allah murka kepadanya dan menjadikan orang yang semula meridhainya menjadi murka kepadanya. Namun, siapa meridhai Allah meskipun dalam kemurkaan manusia maka Allah akan meridhainya dan meridhakan kepadanya orang yang pernah memurkainya. Allah memperindah ucapan dan perbuatannya.” (HR. Aththabrani).
Khalid bin Walid pun akhirnya dipanggil oleh sang Khaliq. Umar bin Khathab menangis. Bukan karena menyesal telah mengganti Khalid. Tapi, ia sedih karena tidak sempat mengembalikan jabatan Khalid sebelum akhirnya ‘Si Pedang Allah’ menempati posisi khusus di sisi Allah SWT.
sumber:http://bebas-baca.blogspot.com/2010/10/kisah-prajurit-islam-khalid-bin-walid.html
Khalid bin Walid adalah anggota suku Banu Makhzum, suatu cabang dari suku Quraisy. Ayahnya bernama Walid dan ibunya Lababah. Dia termasuk dari keluarga Rasulullah, Maimunah istri Nabi, merupakan bibi dari Khalid. Begitu juga dengan Umar bin Khathab, Khalid adalah saudara sepupunya.
Ayah Khalid yang bernama Walid bin Mughirah dari Bani Makhzum, adalah salah seorang pemimpin yang paling berkuasa di antara orang-orang Quraisy. Dia sangat kaya dan menghormati Ka’bah. Dalam satu sejarah di sebutkan bahwa ayah Khalid bin Walid sekali dua tahun menyediakan kain penutup Ka’bah. Pada masa ibadah Haji dia memberikan makan dengan cuma-cuma bagi semua orang yang datang berkumpul di Mina.
Khalid bin Walid merupakan keturunan dari orang kaya. Dia mempunyai kebun buah-bahan yang membentang dari Makkah sampai ke Thaif. Sehingga bagi Khalid, harta tidak menjadi persoalan. Pada usia mudanya Khalid bin Walid gemar adu tinju dan berkelahi. Maklum pada masa itu pekerjaan dalam seni peperangan merupakan pekerjaan yang kesatria. Panglima merupakan pemimpin besar dan kepahlawanan adalah satu hal terhormat di mata rakyat.
Ada faktor yang menyebabkan Khalid muda ingin mendapatkan kedudukan terhormat dan jadi seorang yang kesatria, yaitu ayah Khalid dan beberapa orang pamannya adalah orang-orang yang terpandang di mata rakyat Quraisy. Khalid muda dengan tekun belajar seni bela diri, mengendarai kuda, memainkan pedang dan memanah. Dia juga mencurahkan perhatiannya ke dalam hal memimpin angkatan perang. Bakat-bakat alamiah seorang satria dan seorang pemimpin perang memang terpancar dari Khalid muda, ditambah dengan latihan keras telah membina Khalid menjadi seorang yang luar biasa dalam kemahiran dan keberaniannya mengagumkan setiap orang.
Sebelum Khalid masuk Islam, sangat menentang adanya ajaran baru ini. Maklum pada waktu itu orang-orang Quraisy termasuk Khalid sangat memusuhi agama Islam dan penganut-penganutnya. Kepercayaan baru itu menjadi bahaya bagi kepercayaan dan tata adat orang Quraisy. Oleh sebab itu, orang-orang Quraisy mengangkat senjata untuk menggempur orang-orang Islam. Tunas Islam harus dihancurkan sebelum tumbuh berurat-berakar. Khalid sebagai pemuda Quraisy yang berani dan bersemangat berdiri di garis paling depan dalam penggempuran terhadap kepercayaan baru ini.
Khalid bin Walid merupakan seorang pemimpin perang dengan taktik yang sangat jitu dan sulit di perkiraan oleh orang kebanyakan. Ini terbukti pada peristiwa perang Uhud. Perang Uhud merupakan perang pembalasan dari kekalahan di perang Badar. Pada Perang Uhud ini Khalid memimpin pasukan Quraisy dari sayap kanan dengan jumlah empat kali lebih besar dari jumlah pasukan Islam.
Kekalahan di perang Badar sepertinya akan terulang di perang Uhud. Jika tidak ada seorang Khalid bin Walid dengan strategi perangnya yang sangat piawai, di mana pasukan Islam mulai merangsek masuk mendobrak pertahanan pasukan Quraisy. Sehingga membuat pasukan Quraisy mulai terpecah lari bercerai-berai. Tetapi Khalid bin Walid dengan sikap kepemimpinannya dan strategi perang yang tidak diragukan lagi tidak guncang dan pikirannya mengatur siasat perang. Dia mengumpulkan kembali anak buahnya dan mencari kesempatan baik guna melakukan pukulan telak bagi pasukan Islam.
Dalam sejarah di katakan pada perang Uhud pasukan Quraisy sudah banyak yang berguguran dan pasukan pemanah pasukan Islam mulai berlarian meninggalkan pos-pos karena tertarik oleh harta perang yang ada pada mayat-mayat pasukan Quraisy. Tanpa pikir panjang akan akibatnya, sebagian besar pemanah-pemanah pasukan Islam menyerbu kelapangan.
Khalid bin Walid dengan segera melihat kesempatan baik ini. Dia menyerbu ke tanah genting dan mendesak masuk. Beberapa orang pemanah yang masih tinggal dikeroyok bersama-sama. Tanah genting dikuasai oleh pasukan Khalid dan mereka menjadi leluasa untuk menggempur pasukan Islam dari belakang.
Khalid bin Walid telah merubah kemenangan orang Islam di Uhud menjadi suatu kehancuran. Mestinya orang-orang Quraisylah yang kalah dan cerai-berai. Tetapi karena gemilangnya Khalid sebagai ahli siasat perang, kekalahan-kekalahan telah disunglapnya menjadi satu kemenangan. Dia menemukan celah-celah kelemahan pertahanan orang Islam.
Hanya pahlawan Khalidlah yang dapat mencari saat-saat kelemahan lawannya. Dan dia pula yang sanggup menarik kembali tentara yang telah cerai-berai dan memaksanya untuk bertempur lagi. Seni perangnya yang luar biasa inilah yang mengungkap kekalahan Uhud menjadi suatu kemenangan bagi orang Quraisy.
Ketika Khalid bin Walid masuk Islam. Rasulullah sangat bahagia, karena Khalid mempunyai kemampuan berperang yang dapat membela panji-panji Islam dan meninggikan kalimatullah dengan perjuangan jihad. Dalam banyak kesempatan Khalid bin Walid diangkat menjadi panglima perang dan menunjukkan hasil kemenangan atas segala upaya jihadnya.
Pada pemerintahan Abu Bakar, Khalid bin Walid ditunjuk untuk menjadi panglima pasukan Islam sebanyak 46.000 menghadapi tentara Byzantium dengan jumlah pasukan 240.000. Dia sama sekali tidak gentar menghadapinya, dia hanya khawatir tidak bisa mengendalikan hatinya karena pengangkatan itu. Dalam peperangan itu di kenal dengan peperangan Yarmuk.
Dalam peperangan Yarmuk pasukan Islam tidak imbang. Tentara Byzantium Romawi berkali lipat banyaknya dengan jumlah pasukan kaum muslimin. Ditambah, pasukan Islam yang dipimpin Khalid tanpa persenjataan yang lengkap, tidak terlatih dan rendah mutunya. Ini berbeda dengan angkatan perang Romawi yang bersenjata lengkap dan baik, terlatih dan jumlahnya lebih banyak. Bukan Khalid namanya jika tidak mempunyai strategi perang, dia membagi pasukan Islam menjadi 40 kontingen dari 46.000 pasukan Islam untuk memberi kesan seolah-olah pasukan Islam terkesan lebih besar dari musuh.
Strategi Khalid ternyata sangat ampuh. Saat itu, taktik yang digunakan oleh Romawi terutama di Arab Utara dan selatan ialah dengan membagi tentaranya menjadi lima bagian, depan, belakang, kanan, kiri dan tengah. Heraclius sebagai ketua tentara Romawi telah mengikat tentaranya dengan besi antara satu sama lain. Ini dilakukan agar mereka jangan sampai lari dari peperangan. Romawi juga menggunakan taktik dan strategi tetsudo yaitu strategi kura-kura. Jenis tentara Rom dikenal sebagai ‘legions’, yang satu bagiannya terdapat 3000-6000 pasukan jalan kaki dan 100-200 pasukan berkuda. Ditambah dengan tentara bergajah.
Kegigihan Khalid bin Walid dengan julukan Pedang yang terhunus dalam memimpin pasukannya membuahkan hasil yang membuat hampir semua orang tercengang. Pasukan Islam yang jumlahnya jauh lebih sedikit itu berhasil memukul mundur tentara Romawi dan menaklukkan wilayah itu.
Perang yang dipimpin Khalid lainnya adalah perang Riddah (perang melawan kemurtadatan). Perang Riddah ini terjadi karena suku-suku bangsa Arab yang tidak mau tunduk lagi kepada pemerintahan Abu Bakar di Madinah. Mereka menganggap bahwa perjanjian yang dibuat dengan Rasulullah, dengan sendirinya batal setelah Rasulullah wafat. Karena itu mereka menentang Abu Bakar. Karena sikap keras kepala dan penentangan mereka yang dapat membahayakan agama dan pemerintahan. Maka Abu Bakar mengutus Khalid bin Walid untuk menjadi jenderal pasukan perang Islam untuk melawan kaum murtad tersebut, hasilnya kemenangan ada di pihak Khalid.
Masih pada pemerintahan Abu Bakar, Khalid bin Walid dikirim ke Iraq dan dapat menguasai al-Hirah di tahun 634 M. kemudian Khalid bin Walid di perintahkan oleh Abu Bakar meninggalkan Iraq untuk membantu pasukan yang di pimpin Usamah dilaluinya gurun pasir yang jarang dijalani, ia pun sampai di Syria.
Ada kisah yang menarik dari Khalid bin Walid. Dia memang sempurna di bidangnya: ahli siasat perang, mahir segala senjata, piawai dalam berkuda, dan karismatik di tengah prajuritnya. Benar-benar idola yang pas buat mujahid Islam saat itu. Dia juga tidak sombong dan lapang dada walaupun dia berada dalam puncak popularitas, ini di tunjukkan di waktu Khalifah Umar bin Khathab mencopot sementara waktu kepemimpinan Khalid bin Walid tanpa ada kesalahan apa pun darinya. Menariknya, Ia tuntaskan perang dengan begitu sempurna. Setelah sukses, kepemimpinan pun ia serahkan ke penggantinya: Abu Ubaidah.
Khalid tidak mempunyai obsesi dengan ketokohannya, Dia tidak menjadikan popularitas sebagai tujuan. Itu dianggapnya sebagai sebuah perjuangan dan semata-mata mengharapkan ridha Sang Maha Pencipta. Hal itulah yang pernah dikatakan Khalid bin Walid menanggapi pergantiannya “Saya berjuang untuk kejayaan Islam. Bukan karena Umar” Jadi, di mana pun posisinya, selama masih bisa ikut berperang, stamina Khalid tetap prima. Itulah nilai ikhlas yang ingin dipegang seorang sahabat Rasul seperti Khalid bin Walid.
Sesuai dengan Hadist Rasulullah SAW bersabda, “Siapa memurkakan Allah untuk meraih keridhaan manusia maka Allah murka kepadanya dan menjadikan orang yang semula meridhainya menjadi murka kepadanya. Namun, siapa meridhai Allah meskipun dalam kemurkaan manusia maka Allah akan meridhainya dan meridhakan kepadanya orang yang pernah memurkainya. Allah memperindah ucapan dan perbuatannya.” (HR. Aththabrani).
Khalid bin Walid pun akhirnya dipanggil oleh sang Khaliq. Umar bin Khathab menangis. Bukan karena menyesal telah mengganti Khalid. Tapi, ia sedih karena tidak sempat mengembalikan jabatan Khalid sebelum akhirnya ‘Si Pedang Allah’ menempati posisi khusus di sisi Allah SWT.
sumber:http://bebas-baca.blogspot.com/2010/10/kisah-prajurit-islam-khalid-bin-walid.html
0 komentar on Khalid bin Walid “Pedang Allah yang Terhunus” :
Post a Comment and Don't Spam!